Rabu, 20 Oktober 2010

Tinjauan mengenai filsafat, ilmu pendidikan, dan karir nonakademik


PENDAHULUAN
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan penting karena filsafat pada awalnya merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran pengetahuan. Tetapi, manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau sesuatu dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus.
Hal ini menunjukkan bahwa filsafat berperan penting selama kehidupan manusia berlangsung. Dengan  berfilsafat manusia menemukan kehidupan yang sebenarnya, dengan berfilsfat manusia mengetahui sesuatu yang benar dan yang salah, bahkan dengan berfilsafat manusia bisa menemukan Tuhan semesta alam seperti halnya yang telah dilakukan oleh Ibrahim AS.
Namun, kekurangperhatian manusia belakangan ini terhadap filasafat sering membuat mereka lupa terhadap arti perbuatan yang mereka jalani, arti sebuah hidup, arti sebuah ilmu, termasuk pendidikan yang ia jalani selama ini. Oleh karena itu, perlu diciptakan kembali sebuah hal yang bisa meluruskan kembali tujuan hidup mereka. 





BAB 1
Tinjauan mengenai filsafat, ilmu pendidikan, dan karir nonakademik

a. filsafat.
            Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos yang berarti cinta dan Shopia yang berarti kebijaksanaan, hikmah atau kebenaran. yang secara praktis berarti cinta kebijaksanaaan atau cinta kebenaran. Dari pengertian secara etimologi inilah kita mungkin sudah bisa berfikir bahwa dari cinta kebijaksanaan , orang tidak akan secara asal-asalan menjalani hidup namun harus mempertimbangkan bagaimanakah sebenarnya asal kehidupan didunia ini? apakah yang dia lakukan itu benar atau salah? mengapa perbuatan itu benar? dan mengapa perbuatan itu salah? dan seterusnya. Inilah sebuah contoh kecil berfilasafat dalam setiap kehidupan kita.
            Banyak sekali perbedaan dikalangan filosof dalam mengartikan filsafat secara terminologi. Amsal Bachtiar memberikan beberapa beberapa pengertian pokok tentang makna filsafat menurut para filosof sebagai berikut:
  1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
  2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
  3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan, sumbernya hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
  4. Penyelidikan kritis atas pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
  5. Disiplin ilmu berupaya untuk membantu anda melihat apa yang anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.[1]
            Louis O. Kattsoff dalam bukunya Pengantar filsafat menitik beratkan kata-kata penting dengan membuat kata itu tercetak tebal untuk memberikan sedikit kemudahan pemahaman bahwa berfilsafat merupakan pemikiran atas segala sesuatu yang dilakukan secara ketat, sistematis, koheren, rasional dan komperhensif.
            Dengan proses berfikir yang radikal, manusia yang diberi akal budi oleh Allah SWT diharap bisa menemukan kebenaran hakiki dan menghasilkan apa yang oleh manusia disebut ilmu dan pengetahuan dewasa ini. Karena semua ilmu dan pengetahuan didunia ini terbentuk dan tercipta lewat berfilsafat, maka banyak ahli filsafat mengatakan bahwa filsafat merupakan induk, ratu dan awal dari segala ilmu.

b. Pengertian Pendidikan dan ilmu pendidikan.
    Sekilas memang terlihat sama antara makna pendidikan dengan ilmu pendidikan. Namun dua kata yang serupa tersebut  memang mempunyai pengertian yang berbeda.  
   1. pendidikan.        
Istilah pendidikan dalam bahasa inggris ”education”berakar dari bahasa latin ”educare” yang dapat diartikan pembimbingan yang berkelanjutan. Dalam ilmu pendidikan, pendidikan biasa disebut dengan paedagogi. Jika dikaji secara luas, arti pendidikan menurut bahasa tersebut mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung secara berkesinambungan dari generasi kegenerasi selanjutnya selam kehidupan didunia ini berlangsung. 
Bagi setiap individu manusia, secara praktis dengan bersimpul dari pendapat mengenai awal manusia menerima pendidikan, maka pendidikan seseorang dimulai dari sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih ada dalam kandungan, yakni ketika orang tua dari bayi tersebut belajar mendidik diri sendiri sebelum mendidik anak turunnya.
            Dalam arti luas, pendidikan adalah semua kegiatan pendidikan yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan  berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup yang mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada dalam setiap individu. Pada dasarnya, pendidikan adalah wajib wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Karena menjadi  dewasa, cerdas dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.[2]
            Suparlan Suhartono menyimpulkan pendidikan secara luas merupakan suatu upaya untuk membuat manusia menjadi lebih baik atau menjadi lebih berkembang.
            Dengan demikian kita bisa mengambil pelajaran dari arti pendidikan secara luas sebagai berikut;
  1. pendidikan adalah segala cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
  2. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
  3. Pendidikan berlangsung disetiap masa, dimana saja, dan bagi siapa saja.
     Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal, terkonsep dan terevaluasi dengan baik.[3] Pelaksanaan pendidikan seperti ini dilakukan diberbagai lembaga pendidikan sekolah mulai tingkat Playgroup, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, sampai di Perguruan Tinggi. Sistem pendidikan yang terkoordinasi  dengan baik ini muncul dan mutlak perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan segala bentuk keterbatasan orang tua dalam mendidik seorang anak-anaknya.
    
   2. Ilmu pendidikan.
Istilah ilmu pendidikan juga biasa disebut dengan paedagogiek. ilmu pendidikan muncul setelah proses pendidikan di sekolah-sekolah berkembang pesat sehingga ilmu mengajar, mendidik atau semua hal yang menyangkut dengan pendidikan formal, menjadi satu disiplin ilmu. Ilmu pendidikan ialah suatu ilmu yang menyelidiki, merenungkan tentang gejla-gejala mendidik, yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui hakikat objek itu, melainkan memepelajari pula bagaimana seharusnya mendidik. Atas dasar ini,  ilmu pendididkan disebut juga sebagai ilmu praktis. Jadi ada ilmu penddidikan teorities dan ada ilmu pendidikan praktis.[4]
Ilmu pendidikan teorities,  bahawa pikiran tertuju pada penyususnan persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah yang mempunyai lapangan bergerak dan praktik pendidikan ke arah penyususnan suatu sistem pendidikann, termasuk pula persoalan yang muncul mengenai latar belakang filsafatnya. Sedangkan ilmu pendidikan praktis, menempatkan dirinya dalam situasi pendidikan dan  lebih ditujukan pada pelaksanaan, dari pada cita-cita yang tersusun dalam ilmu pendidikan teoritis.[5]
 Hadirnya ilmu pendidikan dalam dunia pendidikan membuat perjalanan sistem pendidikan formal di berbagai tingkat mengalami berkali-kali perubahan, di tingkat SMP dan SMA misalnya dulu bersistem caturwulan pada awal milenium ketiga diubah menjadi semester. Begitu juga dengan kualitas tenaga pengajarannya pada tahun 2007 terbentuk syarat baru bagi seluruh guru ditingkat SD, SMP, SMA yaitu harus lulus dari perguruan tinggi minimal strata 1 yang biasa dikenal dengan sertifikasi.
Semua itu lahir dari ilmu pendidikan sebagai usaha untuk  meningkatan mutu pendidikan di indonesia agar menjadi lebih bermutu yang melewati gagasan dan pemikiran yang sistematis, rasionalis, dan spekulatif  yang sudah tentu sudah melalui dialektika-dialektika[6] yang memang juga diharuskan dalam filsafat. Sampai pada pembahasan ini seakan-akan kita sedikit mengenal peran filsafat dalam ilmu pendidikan.

c. Karir nonakademik.
            Dalam bahasa indonesia, kata karir (karier) masuk dalam bahasa populer yang berarti riwayat pekerjaan, pekerjaan yang digeluti. Begitu juga dengan non, kata ini juga masuk dalam kategori bahasa indonesia populer yang berarti tidak atau bukan. Sepakat dengan dua kata sebelumnya, Akademik juga termasuk dalam kamus bahasa indonesia populer yang berarti pengajaran di perguruan tinggi. Dengan demikian subjudul karir non akademik bermakna dengan pekerjaan yang tidak terkait dengan pendidikan di perguruan tinggi. Jadi penitik beratan  dalam kata karir nonakademik kami maksudkan dengan kegiatan sehari-hari meliputi aspek pekerjaan, sosial, keluarga dan lain-lain.
            Secara praktis, subtansi yang kami bahas dalam penulisan makalah ini mungkin lebih tepat diartikan dengan fungsi atau peran filsafat dalam ilmu pendidikan sekolah atau perguruan tinggi dan peran filsafat bukan hanya dalam kehidupan luar sekolah seperti pekerjaan ataupun karir selain pendidikan formal, melainkan penerapan  dari pendidikan formal ke dalam khidupan sehari-hari juga menjadi objek pembahasan makalah ini.





BAB 2
Fungsi dan peran filsafat dalam ilmu pendidikan dan karir nonakademik

            Sekadar mengingat kembali, filsafat merupakan hal yang sangat vital keberadaannya bagi setiap perkembangan hidup manusia terutama dalam semua bidang ilmu termasuk juga ilmu pendidikan. Oleh karena itu, keberadaan filsafat bukan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari belajar dari konsep yang sudah ada dengan mengembangkan serta mengevaliasinya menjadi sistem belajar-mengajar yang lebih baik. Namun dalam perkembangannya, tergantung pada objek pembahasan kajian filsafatnya, sama halnya dengan munculnya filsafat praktis seperti filsafat agama, filsafat ilmu dan filsafat terapan  meliputi filsafat matematika, filasafat ekonomi, filsafat hukum, dan lain-lain, maka dalam ilmu pendidikan juga muncul filsafat pendidikan.
            Pada mulanya, pendidikan didunia ini tidak tercipta secar praktis sebagai pendidikan yang terkonsep dengan baik seperti pada sekolahan-sekolahan atau perguruan tinggi seperti sekarang ini. Secara historis, pada zaman dunia masih belum berkembang atau ketika manusia masih hidup penuh dengan keprimitifan, seseorang hanya berguru ke satu orang ke orang lainnya untuk mencai ilmu. Pendidikan merupakan sesuatu yang bebas dalam arti tidak diwajibkan oleh pemerintah suatu negara dan hanya bersifat konsumtif tergantung kebutuhan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tersebut.
Namun, setelah berabad-abad kehidupan manusia akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan teknologi mulai ditemukan dinegara-negara barat yang dalam ilmu sejarah disebut dengan revolusi industri. Perlahan tapi pasti, pemikiran manusia yang pada hakikatnya memang dipenuhi dengan kebijakan-kebijakan akhirnya mereka membuat ide-ide bagaimana pendidikan bisa dinikmati oleh masyarakat luas, terencana dengan baik, tersusun dengan rapi sesuai tingkatnya dan terlaksana dengan metodologi pengajaran yang terencana akhirnya lahirlah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dengan cara-cara formal yang metodik dan sistematik- institusional yang juga disebut dengan pendidikan sekolah menurut kemampuan konseptik rasional.
Setelah sistem pendidikan seperti itu berjalan sekian lama, di Indonesia, menurut paradigma umum yang berkembang, karena terciptanya pendidikan formal yang berjenjang dari SD sampai Program Sarjana, maka semakin tinggi pendidikan seseorang yang ditempuh lewat jalan formal maka orang tersebut dianggap sebagai seseorang yang berpendidikan tinggi baik dari segi ilmu, sosial, dan etikanya. Padahal, jika kita lebih cermat menganalisa, hal itu justru cenderung bertolak belakang dengan fakta yang terjadi. Tidak bisa dipungkiri, baru-baru ini kasus seperti krisis moral dalam dunia pendidikan semakin tinggi. Di indonesia, banyak terjadi kekerasan pelajar yang melibatkan siswa bahkan sisiwi SMP maupun SMA. Belum lagi dengan sindrom seks bebas yang bermula dari penyelewengan seks di perguruan tinggi yang mewabah pada tingkat SMP-SMA bahkan SD. Dikalangan pejabat-pejabat tinggi negara, korupsi yang notabene adalah sebuah penghianatan besar terhadap rakyat sekarang menjadi adat pelanggaran.
Bukan hanya itu, perspektif masyarakat yang keliru karena menganggap bahwa tujuan belajar di lembaga pendidikan yang lebih tinggi hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dimasa depan semata, juga menjadi masalah besar yang menghapus nilai aksiologi pendidikan menurut tujuan awalnya.
Fakta yang demikian mendorong perlunya dibangun kembali filosofi pendidikan yang sesuai dengan kodrat hidup manusia, dengan penyegaran kembali filosofi pendidikan diharapkan penyelenggaraan pendidikan bisa mengharmonisasikan antara tujuan pendidikan dengan tujuan hidup manusia, sehingga jurang pemisah itu bisa dijembatani dengan jalan menuju perkembangan kehidupan yang lebih matang.[7]
Peranan penting filsafat dalam ilmu pendidikan juga mendorong dibentuknya sebuah Undang-undang mengenai filsafat pendidikan yang tertera dalam Undang-undang no.23 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa;  pertama, pendidikan dipandang sebagai usaha sadar dan terencana untuk terciptanya proses pembelajaran yang memandang proses peserta didik aktif mengembangkan potensi diri. Kedua, penddidikan sebagai proses pemberdayaan dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dalam membangun peradaban bangsa yang bermanfaat.
Jadi, jika kita fokus pada fungsi dan peran filsafat baik dalam ilmu pendidikan maupun karir non akademik, maka filsafat juga berperan besar dalam keadaan seseorang untuk mengaplikasikan ilmu yang ia dapatkan dalam pendidikan formal semacam pendidikan akademik ke dalam kehidupannya atau  keadaan ketika ia tamat dari akademik formalnya.
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, maka didalamnya terjadi proses pendidikan atau proses belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan , dan penyesuaian bagi seseorang atau si terdidik kearah kedewasaan dan kematangan. Proses tersebut akan membawa pengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang anak didik atau peserta didik, dan atau subjek didik ke arah yang lebih dinamis, baik terhadap bakat atau terhadap pengalaman, moral, intelektual maupun fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan kematangan. Tujuan akhir pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan semua potensi manusia (si terdidik, subjek didik) secara teratur akan terwujud, apabila pra kondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan. Seperti iklim, makanan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya, yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Untuk memberikan makna yang lebih jelas tentang kedewasaaan dan kematangan yang ingin dituju dalam pendidikan, apakah kedewasaan yang bersifat logis, psikologis, paedagogis, dan sosiologis, maka masalah ini merupakan bidang garapan yang akan dirumuskan oleh filsafat pendidikan.
Di samping itu, pengalaman menunjukkan bahwa tidak semua manusia, baik potensi jasmani maupun rohaninya (pikir, karsa, dan rasa) berkembang sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu lahirlah pemikiran manusia untuk memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap perkembangan potensi manusia. Apakah yang mempengaruhi perkembangan potensi manusia, dan mana yang paling menentukan? Dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan dengan berbagai aktifitasnya, telah mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi manusia, sehingga bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan masyarakat sekitarnya.
Dari uraian diatas, jelas bahwa pendidikan adalah sebagai pelaksaan dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain, ide filsafat telah memberikan asas sistem nilai dan atau normatif bagi peranan pendidikan yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, dan dengan segala aktivitasnya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa filsafat pendidikan sebagai jiwa, pedoman , dan sumber pendorong adanya pendidikan.[8]




[1] Baca; Bachtiar Amsal, 2004, FILSAFAT ILMU, Jakarta: PT Grafindo Persada. Hlm 4.
[2] Suparlan Suhartono, FILSAFAT PENDIDIKAN, (Yogjakarta; Ar-ruz media.2006) hlm 83.
[3] Ibid., hlm 84
[4] Baca;Djumransyah. FILSAFAT PENDIDIKAN (malang; bayumedia publishing.) edisi kedua, cetakan pertama, penyunting Imam Suprayogo. Hlm 29
[5] Ibid.,
[6] Dialektika adalah metode mencapai definisi bagi sebuah konsep dengan menguji ciri-ciri umum yang ditemukan dalam sejumlah contoh khusus dari konsep itu. Dialektika ialah metode metafiaika dan mendatangkan atau menghasilkan pengetahuan tertinggi. Lihat, Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 7.
[7] Suparlan suhartono, Op,cit. Hlm 93.
[8] Dumransyah, H.M. 2006, FILSAFAT PENDIDIKAN, Malang; Bayumedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar